Letaknya
tak begitu jauh dari Masjidil Haram, sekitar enam kilometer. Tapi, gua
ini berada di tempat yang tinggi nan curam, di atas Jabal Nur. Lima
meter sebelum mencapai puncak
gunung cahaya, kita bisa menemukan Gua Hira yang sangat bersejarah ini.
Zuhairi Misrawi dalam buku yang ditulisnya
Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim menjelaskan,
dari Masjidil Haram jamaah bisa menuju ke arah timur laut jika ingin
pergi gunung setinggi 621 meter tersebut. “
Untuk sampai ke atas Jabal Nur, butuh waktu sekitar satu jam,” jelasnya.
Guanya sendiri
berukuran sangat sempit. Biasanya, hanya bisa dimasuki dua orang saja.
Ada dua pintu masuk yang sempit. Sedangkan, panjang gua enam meter
dengan ketinggian dua meter, dan lebar 1,30 meter.
Walaupun
ukurannya sangat kecil, gua ini diburu oleh jutaan orang, apalagi ketika
musim haji. Meski jalan menuju tempatnya sangat curam dan berbatu,
orang-orang dengan rela berebutan ke sana, bahkan sebelum fajar
menyingsing.
Medan untuk menuju ke Gua Hira ini sangat sulit. Tak
ada titian tangga yang teratur dan terjamin keamanannya. Satu-satunya
jalan menuju kesana adalah harus meniti batu-batu terjal nan tajam.
Jalan bertangga dari batu yang ditumpuk, tidak ada sepenuhnya, hanya
tiga perempat dari perjalanan saja.
Namun, ketika sudah mendekati
puncak, medannya tidak terlalu ekstrem lagi. Dengan jalur seekstrem
ini, harusnya hanya laki-laki yang bisa sampai ke puncak gunung ini.
Namun, ajaibnya, banyak pula jamaah perempuan yang mampu menuju ke
tempat ini.
Para jamaah rela menempuh medan yang sangat sulit,
hingga berjubel-jubel demi bisa masuk ke Gua Hira ini. Saling dorong,
saling sikut, biasa terjadi. Jika tidak berhati-hati, bisa juga jatuh
dan terluka, bahkan meninggal.
Melihat medan ekstrem dan bahaya
yang mengancam, sebenarnya Pemerintah Arab Saudi tidak menganjurkan para
jamaah untuk mendaki gunung ini.
Ini terlihat pada papan
pengumuman Pemerintah Arab Saudi di jalan masuk menuju gunung. Imbauan
ini ditulis dalam beberapa bahasa Arab, termasuk bahasa Indonesia yang
berbunyi,
“Saudara kaum Muslim yang berbahagia: Nabi Muhammad
SAW tidak menganjurkan kita untuk naik ke atas gunung ini, begitu pula
shalat, mengusap batunya, mengikat pohon-pohonnya, dan mengambil tanah,
batu, dan pohonnya. Dan kebaikan adalah dengan mengikuti sunah Nabi SAW,
maka janganlah Anda menyalahinya.”
Meski telah ditulis larangan
seperti ini, tak menyurutkan jumlah jamaah yang menuju ke sana. Apalagi,
ketika mendekati musim haji seperti saat ini, jumlah jamaah yang menuju
ke Jabal Nur akan semakin banyak.
Ketika sudah sampai puncak
Jabal Nur, jamaah harus turun lagi sekitar lima meter di baliknya. Di
situlah baru sampai di Gua Hira. Ada tulisan besar dengan warna merah,
“Ghor Khira” di atasnya.
Di atas tulisan itu, juga tertulis dua
awal ayat surah al-Alaq yang ditulis dengan warna hijau. Ya, di sinilah
wahyu Alquran pertama kali diterima oleh Nabi Muhammad SAW.
Wahyu
pertama tersebut adalah suara yang diteruskan oleh Malaikat Jibril yang
terwujud dalam lima ayat pertama dari surah al-Alaq. Ayat pertama,
berbunyi iqra’ atau yang berarti “bacalah”.