Selain menunaikan shalat lima waktu, jamaah disarankan banyak
membaca Alquran, menghadiri majelis, dan meningkatkan silaturahim dengan
jamaah lainnya.Pintu SurgaMU - Menyambangi rumah Allah merupakan impian seluruh Muslim. Untuk bisa
terpanggil
menjadi tamu Allah, seorang Muslim terkadang harus menunggu selama
bertahun-tahun. Mulai dari menabung, hingga daftar tunggu haji (
waiting list) yang kian panjang.
Di
berbagai daerah, daftar tunggu haji bahkan sudah ada yang mencapai 15
tahun. Maka dari itu, ketika seorang Muslim telah dipanggil ke rumah
Allah, hendaknya bisa memanfaatkan waktu dengan baik agar ritual ibadah
haji menjadi optimal, dan kembali ke Tanah Air sebagai pribadi muslim
yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengurus
Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (FKKBIH) Qasim Shaleh mengatakan, masa-masa 42 hari di Tanah Suci harus diatur dengan baik.
Dalam
ibadah haji, waktu merupakan salah satu aset yang mahal, apalagi jika
dikaitkan dengan penantian untuk bisa melaksanakan ibadah haji.
Qasim
menjelaskan, jamaah perlu mengatur alokasi waktu selama 24 jam dalam
sehari untuk bisa meningkatkan hubungan dengan Allah atau
hablumminallah dan hubungan sesama manusia atau
hablumminannas. Agar
mudah, dia menyarankan jamaah membagi waktunya untuk tiga hal, yaitu
beribadah, istirahat, dan aktivitas lain, seperti bersilaturahim.
“
Masing-masing dialokasikan selama delapan jam,” paparnya.
Beribadah
tidak harus selalu dilakukan dengan shalat atau tawaf. Ibadah bisa
dengan cara lain, seperti zikir, membaca Alquran, atau mendengar ceramah
Islam.
Istirahat juga tidak melulu dilakukan dengan tidur, bisa
juga dengan duduk-duduk sambil berzikir. Selain itu, jamaah juga
disarankan menyempatkan diri untuk bersilaturahim.
Ibadah haji,
kata dia, bukan semata-mata ritual untuk meningkatkan ketakwaan kepada
Allah, tapi juga mendorong jamaah bisa melakukan ibadah sosial.
“Bagaimana kita juga bisa melakukan ibadah sosial, seperti menjenguk jamaah lain yang sedang sakit,” katanya mencontohkan.
Ibadah
sosial merupakan bagian dari salah satu output ibadah haji. Misalnya,
dengan mengunjungi orang yang sakit, jamaah bisa lebih bersyukur karena
diberikan kesehatan. Selain itu, ibadah sosial juga bisa menghilangkan
kejenuhan ketika melakukan ibadah.
DisiplinMasa-masa
pelaksanaan ibadah haji menjadi salah satu momentum yang pas untuk
membentuk pribadi Muslim yang utuh. Yakni, Muslim yang taat kepada Allah
dan bermanfaat bagi sesama manusia.
Dalam kegiatan sehari-hari,
jamaah hendaknya memiliki jadwal agar aktivitas bisa terarah dan
teratur serta tidak banyak membuang-buang waktu, apalagi yang kurang
bermanfaat, seperti belanja.
Jamaah hendaknya disiplin dengan
jadwal yang sudah dibuat. Disiplin waktu sangat penting ketika melakukan
ibadah, seperti menunaikan shalat lima waktu. Salah satu ujiannya yakni
ketika jamaah berada di Madinah dalam menjalankan shalat Arbain.
Ketika
jamaah membiasakan diri untuk bisa disiplin dalam menepati waktu-waktu
shalat Arbain, Qasim yakin hal ini bisa dilanjutkan ketika di Tanah Air.
Meskipun sudah membuat jadwal untuk panduan kegiatan sehari-hari, bukan berarti jamaah lantas tidak fleksibel alias
saklek dengan waktu yang telah dibuat.
Jamaah, kata dia, juga tidak ada salahnya membuat variasi kegiatan
agar tidak mengalami kebosanan. “Kejenuhan bisa mengakibatkan stres.”
Menurutnya,
selama ini banyak pengalaman jamaah mengalami stres karena perbedaan
iklim. Tidak sedikit juga jamaah yang stres lantaran kegiatannya monoton
dan begitu-begitu saja.
Maka dari itu, Qasim menekankan pentingnya ibadah sosial yang
dilakukan. Dengan berinteraksi dengan orang lain, jamaah tetap bisa
menjaga ritme ibadah dengan cara yang cukup menyenangkan.
“Karenanya, perlu variasi. Melihat orang yang sakit, kita jadi berterima kasih dengan kesehatan yang diberikan,” katanya.
Namun,
perlu diingat, ketika menjalin silaturahim dengan orang lain jangan
sampai terjebak pada hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti bercanda
berlebihan atau bahkan membicarakan hal-hal yang tidak perlu.
Berinteraksi dengan jamaah lain sebaiknya seperlunya saja dan
menghindari hal-hal yang mubazir.
Buat target
Ketua
Majelis Azzikra Ustaz Abdul Syukur Yusuf menyatakan manajemen waktu
selama ibadah haji cukup dengan mengamati jam-jam shalat lima waktu.
Jadwal makan dan istirahat umumnya dilakukan menyesuaikan waktu shalat.
Selain
beribadah rutin, ia mengimbau jamaah agar memiliki target tambahan.
Misalnya, target khatam Alquran. Dengan memiliki target seperti ini,
jamaah akan terpacu untuk memanfaatkan masa-masa ibadah haji dengan
hal-hal yang positif.
Ia juga mengingatkan agar jamaah memiliki
target perbaikan diri selama menjalankan ibadah haji. Sejak berangkat ke
Baitullah, perlu ditanamkan tujuan haji, selain memenuhi rukun Islam,
juga harus mendapatkan manfaat spiritual yang banyak.
Misalnya,
berlatih meninggalkan maksiat dan memanfaatkan waktu untuk terus minta
petunjuk kepada Allah. Waktu luang bisa digunakan untuk menghadiri
majelis ilmu, meskipun kadang terkendala bahasa.
Tapi
setidaknya, dengan menghadiri majelis ilmu jamaah akan ikut mendapatkan
berkah majelis tersebut. “Tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak
penting dan membuang waktu seperti nongkrong,” ujar Abdul Syukur.
Ia
mengingatkan agar jamaah tidak sibuk dengan gadget yang dimiliki.
Jangan melewatkan masa-masa terbatas dan kesempatan emas berkomunikasi
dengan Allah hanya karena sibuk berkomunikasi dengan sesama makhluk.
Ketika
melakukan ibadah haji, waktu yang terbatas ini harus dioptimalkan untuk
melakukan aktivitas yang sekiranya tidak bisa dilakukan di Indonesia.
Misalnya,
dengan berziarah atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Tanah
Suci. Jika menemukan hikmah dalam perjalanan, ia menyarankan jamaah
untuk bisa menuliskan dalam catatan kecil. “Hal ini penting untuk
berbagi kepada orang lain ketika kembali ke kampung halaman,” ujarnya.